Perjalanan Istiqlal, Kisah Takdir dan Toleransi Antarumat Beragama

Posted by

Mengingat perjalanan Masjid Istiqlal, tidak lepas dari cerita tentang toleransi antarumat beragama. Seperti kisah pada tanggal 26 Desember 1999.



Mengingat perjalanan salah satu Masjid Istimewa yang ada di Kota Jakarta, yaitu Masjid Istiqlal, tentang bagaimana kisah yang tidak lepas dari cerita tentang toleransi antarumat beragama. Hari itu, Jumat malam, 26 Desember 1999, jalan di antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, di dapati ribuan warga.

Orang - orang berpakaian putih, berpeci dan menenteng Al Quran berbondong - bondong masuk ke dalam masjid Istiqlal. Ada peringatan Nuzul Quran. Dari dalam area Masjid, orang - orang berpakaian rapih terlihat membawa injil berjalan menyebrang jalan masuk ke dalam gereja. Malam itu juga digelar perayaan malam natal.

Baca Juga : Ini Kota Udang atau Kota Tilang..???

Pelantaran parkir Gereja Katedral tak bisa menampung kendaraan seluruh umatnya sehingga area parkir Istiqlal pun di gunakan. Ada kedamaian ketika umat dua pemeluk agama ini berpapasan. "Sama sekali saya tidak khawatir, walaupun diluaran banyak cerita soal kerusuhan antaragama. Saya setiap tahun natalan di Katedral sini dan tiap kali pula memarkir mobil di tempat parkir Masjid ini," Kata salah satu umat Khatolik dari Kelapa Gading.

Dicky, salah satu umat Muslim yang tinggal di Galur, Jakarta Pusat, yang hendak masuk ke masjid juga tidak mempermasalahkan umat khatolik memakai pelatara parkir masjid. "Pelataran disi kan luas. Wajar kalau kita juga beri warga yang hendak ke gereja," ujar dia. Jika melihat kedamaian itu, rasa - rasanya perang antara kelompok Muslim dan kristen di Ambon yang terjadi pada era itu seakan nyata.

Tidak lama kemudian, alunan Qori membaca Al Quran menggema di kawasan masjid. Sementara itu dari gereja, misa malam natal juga dimulai. Nyanyian syahdu terdengar dari kejauhan.


Puluhan Tahun Merawat

Protokol Masjid Istiqlal, Abu Hurairah Abdul Salam, mengungkapkan, cerita itu terjadi setiap tahun. Gereja Katedral sudah dibangun sejak tahun 1800-an. Sementara, Istiqlal rampung di bangun tahun 1970-an. Selama itu pula, pengurus atau umat kedua tempat ibadah hidup berdampingan. "Kalau umat gereja mau menyebrang jalan, pasti petugas Istiqlal menyebrangkan. Apalagi yang sudah jadi sesepuh. Ada tau di Istiqlal mau masuk ke gereja, kami antar. Begitu pula sebaliknya. Ini sudah berlangsung selama puluhan tahun dan kami saling merawatnya," Ujar Abdul.

Baca Juga : Waspadalah..!!! Virus Zika di Dekat Anda

Bahkan, seringkali pengurus Istiqlal mengalah jika ada acara yang bertepatan dengan hari raya besar umat Khatolik. "Contohnya Majelis Rasullulah waktu itu ingin menggelar Maulid Nabi. Sementara itu misa malam natal. Kalu bareng - bareng bisa kacau. Akhirnya majelis mengalah, hanya diubah saja waktunya menjadi subuh, biar tidak berbenturan. Kami mendahulukannya di seberang karena itu agenda rutin mereka," Ujar Abdul.

Rencana dibangun di Thamrin

Dirunut dari catatan sejarah, tidak disebutkan secara spesifik apa alasan Istiqlal didirikan bersebelahan dengan Katedral. pembangunan Istiqlal diinisiasi KH Wahid Hasyim yang sekitar tahun 1950-an menjabat sebagai Menteri Agama. Ayah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu kemudian membentuk Yayasan Masjid Istiqlal yang di Pimpin H. Anwar Tjokroaminoto.

Bung Karno menyambut baik inisiasi itu hingga pada akhirnya membentuk panitia pembangunan masjid Istiqlal. Dalam buku "Mengenal Istiqlal Secara Singkat" disebutkan, Wakil Presiden Mohammad Hatta sebenarnya tidak setuju Istiqlal di bangun lokasinya saat ini. Alasannya, tempat itu dahulu adalah daerah pertokoan dan kantor.

Baca Juga : Inilah 25 Profesi TI yang Paling di Minati

Ia menganggap akan lebih memboroskan dana jika harus membongkar bangunan lama dan membangun bangunan baru. Hatta sempat mengusulkan agar Istiqlal di bangun di Jalan M.H Thamrin, tempat Hotel Indonesia saat ini terbangun. Namun, takdir menggariskan lain. Istiqlal berdiri kokoh di depan Katedral.

Takdir pulalah yang menggariskan bahwa Istiqlal lahir dari tangan seorang arsitek penganut kristen, Friedrich Silaban. Bercerita tentang Istiqlal, kita diingatkan bahwa perbedaan dan keagamaan adalah harmonisasi yang indah. Sama seperti takdir Istiqlal, itu pula yang menjadi takdir Indonesia.


Semoga informasi ini bermanfaat untuk anda para pembaca Merpatitempur.com. Terima kasih

See you on next page >>


Blog, Updated at: Minggu, Februari 21, 2016

0 komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR SPAM dan LIVE LINK AKAN DIHAPUS ADMIN...!!!